sariful
aldiunanto.com

Vertical Integration Sebagai Strategi Ekspansi PT Kimia Farma Tbk Mempertahankan Tahta Market Leader

UGM Logo - aldiunanto.com

PT Kimia Farma Tbk. (IDX: KAEF) adalah perusahaan industri farmasi pertama di Indonesia yang didirikan oleh Pemerintah Hindia Belanda tahun 1817. Kemudian atas dasar Pemerintahan Republik Indonesia melakukan peleburan sejumlah perusahaan farmasi menjadi PNF (Perusahaan Negara Farmasi) Bhinneka Kimia Farma, pada tanggal 16 Agustus 1971, bentuk badan hukum PNF diubah menjadi Perseroan Terbatas, sehingga nama perusahaan berubah menjadi PT Kimia Farma (Persero).

Semakin berkembangnya Kimia Farma sebagai salah satu perusahaan penyedia produk healthcare yang jauh melampaui kompetitornya seperti PT Bayer Indonesia, PT Perintis Pelayanan Paripurna, dan perusahaan lainnya yang sejenis, menjadikan Kimia Farma saat ini sebagai market leader. Lalu apa strategi yang dipakai Kimia Farma untuk bisa menguasai pasar farmasi di Indonesia?

Asistant Manager Outlet and Development PT Kimia Farma (Persero) Tbk Agus Suprianto, menuturkan bahwa salah satu strategi paling jitu yang dipakai oleh Kimia Farma adalah Vertical Integration. Agus menuturkan saat ini Kimia Farma memiliki 775 outlet apotek. Tidak hanya sebagai tempat penyedia berbagai jenis obat yang diproduksi oleh Kimia Farma, fungsi dari apotek adalah sebagai penyalur (distribusi) obat dari tempat produksi hingga sampai ke tingkat ritel.

Kemudian sejak bergulir program Jaminan Kesehatan Nasional (JKN), Kimia Farma juga telah memiliki klinik sendiri sebanyak 300 unit. Selain outlet apotek dan klinik, Kimia Frama juga memiliki fasilitas lain yaitu laborotarium tetapi dengan jumlah yang belum begitu banyak, hanya 40 unit.

Namun dari berbagai fasilitas yang dibangun Kimia Farma, hanya apotek Kimia Farma yang paling dikenal oleh masyarakat Indonesia. Agus beralasan perusahaan memang fokus untuk mengembangkan lebih banyak apotek serta peningkatan pelayanan dari para apoteker sebagai upaya mendekatkan diri kepada masyarakat. Asistant Manager Outlet and Development PT Kimia Farma (Persero) Tbk ini mengungkapkan bila perusahaannya bisa tumbuh dan berkembang seperti saat ini, selain membuka banyak apotek di seluruh Indonesia, juga karena fokus memberikan pelayanan yang maksimal kepada pelanggan. Oleh karena itu pengembangan sumber daya manusia (SDM) dianggap penting dan menjadi salah satu prioritas utama yang dilakukan Kimia Farma.

Lebih dari itu, data pertumbuhan pendapatan Kimia Farma di ritel farmasinya meningkat di atas 20% dan itu membuat perusahaan semangat menggenjot pertumbuhan di sektor tersebut. Sehingga membuat Direktur Keuangan Kimia Farma, IG Ngurah Suharta Wijaya menargetkan Kimia Farma bisa memiliki 1.300 apotek sampai akhir tahun ini.

Salah satu upaya yang dilakukan PT Kimia Farma (Persero) Tbk. menambah jumlah apotek dan ritel adalah dengan menawarkan sistem waralaba (fanchise). Keberadaan waralaba apotek Kimia Farma ini bakal melengkapi sistem kerjasama operasional (KSO) apotek yang selama ini telah berjalan.

Sistem waralaba ini dilakukan Kimia Farma untuk mengejar target perusahaan yang akan mendirikan 1.300 apotek Kimia Farma di dalam negeri. Saat ini jumlah apotek Kimia Farma baru mencapai 775 unit dengan omzet rata-rata per unit mencapai Rp 2 miliar/tahun.

Dalam ilmu Managerial Economics And Business Strategy, dijelaskan bahwa salah satu metode dalam pengadaan barang input adalah dengan memproduksi input secara internal, atau dalam istilah lain disebut Vertical Integration. Metode ini bisa memberikan dampak signifikan dalam mengurangi atau menekan transaction costs baik itu costs untuk mencari supplier, costs negosiasi harga, ataupun mengurangi specialized investment untuk perusahaan yang akan memiliki value lebih jika perusahaan tersebut memproduksinya sendiri.

Dalam contoh kasus yang dilakukan oleh PT Kimia Farma (Persero) Tbk, strategi untuk melakukan ekspansi portofolionya adalah dengan melakukan Vertical-Forward Integration. Apotek-apotek yang dibangun oleh Kimia Farma dengan target mencapai 1.300 unit sampai akhir tahun 2019 ini, menjelaskan kita bahwa fungsi apotek adalah sebagai penyalur (distribusi) obat dari tempat produksi hingga sampai ke tingkat ritel. Kimia Farma tidak melakukan kerja sama dan tidak menyalurkan produknya ke perusahaan ritel lain selain apotek Kimia Farma sendiri. Hal ini sangat beneficial terhadap keuangan perusahaan. Perusahaan tidak perlu mengeluarkan banyak costs dalam proses transaksi dan distribusi karena PT Kimia Farma (Persero) Tbk mempunyai kendali penuh terhadap apotek yang dimilikinya.

Dengan melakukan strategi ini, Kimia Farma dapat mempertahankan tahta market leader di bidang farmasi di Indonesia dan dapat terus dikembangkan. Keberadaan apotek-apotek Kimia Farma yang tersebar banyak di Indonesia disertai dengan pengelolaan kualitas SDM yang baik, menjadikan Kimia Farma sebagai icon farmasi yang dekat dengan semua lapisan masyarakat.

 

Referensi:

Baye, Michael R, Jeffrey T. Prince. 2014. Managerial Economics and Business Strategy. New York: McGraw-Hill/Irwin

Perkuat Kinerja, Kimia Farma Berencana Tambah 100 Apotek di 2019 (08 Maret 2019) [Online] Tersedia di: http://www.bumn.go.id/kimiafarma/berita/1-Perkuat-Kinerja-Kimia-Farma-Berencana-Tambah-100-Apotek-di-2019 [Diakses pada: 08 Juni 2019]

Leave a Reply

%d